PERAN ORANG TUA DAN LEMBAGA
PENDIDIKAN DALAM MENGATASI PERILAKU SISWA/MAHASISWA YANG SEMAKIN ANARKIS.
TAWURAN PELAJAR
Tawuran
pelajar antar sekolah sepertinya sudah menjadi noda hitam di dunia pendidikan
Indonesia. Tawuran seakan dilestarikan sebagai warisan budaya, diwariskan dari
satu angkatan pelajar senior ke juniornya selama bertahun-tahun, seperti pada
kasus tawuran antara SMUN 6 dan SMUN 70 di Jakarta yang telah merebak sejak
tahun 1980an. Menurut catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak, insiden
tawuran sepanjang tahun 2011 telah memakan 82 korban jiwa, tidak termasuk yang
menderita luka-luka. Setiap tahunnya kasus tawuran pun bukannya semakin
berkurang, tetapi semakin bertambah.
Berbagai
cara untuk meredam peningkatan kasus tawuran memang tengah diupayakan terutama
dipihak sekolah. Sejauh ini pihak sekolah telah didaulat untuk mengantisipasi
tawuran dengan penegasan peraturan sekolah. Terlepas dari peran aktif sekolah,
peran orang tua juga perlu diprioritaskan dalam upaya mengatasi tawuran
pelajar.
Pendidikan
dalam keluarga sangat penting sebagai landasan dasar yang membentuk karakter
anak sejak awal. Peran orang tua tidak hanya sebatas menanamkan norma-norma
kehidupan sejak dini. Mereka harus terus berperan aktif, terutama pada saat
anak-anak menginjak usia remaja, diamana anak-anak ini mulai mencari jati diri.
TANGGAPAN
Seharusnya
kejadian ini tidak lagi terjadi, karena sudah sangat merugikan orang banyak,
dan juga mengecewakan banyak pihak terutama pihak keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Kalau hal ini tidak juga bisa ditangani maka dunia pendidikan akan
hancur karena akan semakin banyaknya korban akibat tawuran tersebut. Untuk itu
peran orang tua, guru, bahkan lembaga pendidikan pun juga harus berperan
penting dalam mengatasi perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
siswa/mahasiswa.
SARAN
Seharusnya
orang tua senantiasa menjaga komunikasi yang baik dengan anaknya, karena
kenyataan di masa sekarang bahwa orang tua terlalu sibuk bekerja hingga
anak-anaknya kehilangan figure sebagai orang tua mereka. Seharusnya sesibuk
apapun, orang tua mesti meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan anaknya,
serta perlu juga untuk mendengarkan keluh kesah mereka dengan cara memposisikan
diri mereka sebagai teman bagi anak dalam memberikan feedback. Dengan demikian
mereka akan merasa lega bisa mengeluarkan uneg-unegnya secara positif tanpa
harus berprilaku anarkis.
Keharmonisan
juga perlu adanya di dalam keluarga, serta mengajarkan anaknya dengan
pendidikan yang benar. Dan seharusnya orang tua juga dapat memberikan contoh
teladan yang baik bagi anaknya. Dengan adanya keteladanan yang baik di rumah,
mereka tidak akan mudah terpengaruh untuk terlibat dengan aktivitas yang bersifat
anarkis.
Emosi
anak-anak usia remaja sangatlah labil. Untuk itu, sebagai orang tua mesti
berpandai-pandai menjaga emosi anak. Usahakan untuk tidak mengekang anak selama
yang dilakukannya masih positif. Dan jangan melakukan tindakan kekerasan di dalam
rumah apalagi dihadapan sang anak, karena mereka akan mencontoh apa yang
dilakukan orang tuanya. Jika orang tua sendiri tidak bisa menghargai anggota
keluarga sendiri, bagaimana anak-anakanya akan bisa menghargai orang lain.
Dan
tidak lupa memberi pendekatan agama yang benar. Pendidikan agama dalam keluarga
juga berperan penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Fondasi agama yang
benar lebih mengarah kepada penerapan nila-nilai moral dan solidaritas terhadap
sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar