Jumat, 12 April 2013

PERAN ORANG TUA DAN LEMBAGA PENDIDIKAN

PERAN ORANG TUA DAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM MENGATASI PERILAKU SISWA/MAHASISWA YANG SEMAKIN ANARKIS.
TAWURAN PELAJAR
Tawuran pelajar antar sekolah sepertinya sudah menjadi noda hitam di dunia pendidikan Indonesia. Tawuran seakan dilestarikan sebagai warisan budaya, diwariskan dari satu angkatan pelajar senior ke juniornya selama bertahun-tahun, seperti pada kasus tawuran antara SMUN 6 dan SMUN 70 di Jakarta yang telah merebak sejak tahun 1980an. Menurut catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak, insiden tawuran sepanjang tahun 2011 telah memakan 82 korban jiwa, tidak termasuk yang menderita luka-luka. Setiap tahunnya kasus tawuran pun bukannya semakin berkurang, tetapi semakin bertambah.
Berbagai cara untuk meredam peningkatan kasus tawuran memang tengah diupayakan terutama dipihak sekolah. Sejauh ini pihak sekolah telah didaulat untuk mengantisipasi tawuran dengan penegasan peraturan sekolah. Terlepas dari peran aktif sekolah, peran orang tua juga perlu diprioritaskan dalam upaya mengatasi tawuran pelajar.
Pendidikan dalam keluarga sangat penting sebagai landasan dasar yang membentuk karakter anak sejak awal. Peran orang tua tidak hanya sebatas menanamkan norma-norma kehidupan sejak dini. Mereka harus terus berperan aktif, terutama pada saat anak-anak menginjak usia remaja, diamana anak-anak ini mulai mencari jati diri.
TANGGAPAN
Seharusnya kejadian ini tidak lagi terjadi, karena sudah sangat merugikan orang banyak, dan juga mengecewakan banyak pihak terutama pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kalau hal ini tidak juga bisa ditangani maka dunia pendidikan akan hancur karena akan semakin banyaknya korban akibat tawuran tersebut. Untuk itu peran orang tua, guru, bahkan lembaga pendidikan pun juga harus berperan penting dalam mengatasi perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa/mahasiswa.
SARAN
Seharusnya orang tua senantiasa menjaga komunikasi yang baik dengan anaknya, karena kenyataan di masa sekarang bahwa orang tua terlalu sibuk bekerja hingga anak-anaknya kehilangan figure sebagai orang tua mereka. Seharusnya sesibuk apapun, orang tua mesti meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan anaknya, serta perlu juga untuk mendengarkan keluh kesah mereka dengan cara memposisikan diri mereka sebagai teman bagi anak dalam memberikan feedback. Dengan demikian mereka akan merasa lega bisa mengeluarkan uneg-unegnya secara positif tanpa harus berprilaku anarkis.
Keharmonisan juga perlu adanya di dalam keluarga, serta mengajarkan anaknya dengan pendidikan yang benar. Dan seharusnya orang tua juga dapat memberikan contoh teladan yang baik bagi anaknya. Dengan adanya keteladanan yang baik di rumah, mereka tidak akan mudah terpengaruh untuk terlibat dengan aktivitas yang bersifat anarkis.
Emosi anak-anak usia remaja sangatlah labil. Untuk itu, sebagai orang tua mesti berpandai-pandai menjaga emosi anak. Usahakan untuk tidak mengekang anak selama yang dilakukannya masih positif. Dan jangan melakukan tindakan kekerasan di dalam rumah apalagi dihadapan sang anak, karena mereka akan mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Jika orang tua sendiri tidak bisa menghargai anggota keluarga sendiri, bagaimana anak-anakanya akan bisa menghargai orang lain.
Dan tidak lupa memberi pendekatan agama yang benar. Pendidikan agama dalam keluarga juga berperan penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Fondasi agama yang benar lebih mengarah kepada penerapan nila-nilai moral dan solidaritas terhadap sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar